Mengapa Bisnis Online Jadi Pilihan Utama Banyak Pemula?
polabisnis.info - Dalam lima tahun terakhir, dunia bisnis mengalami pergeseran besar. Digitalisasi mempercepat pertumbuhan bisnis online, baik dari sisi kemudahan operasional maupun potensi jangkauan pasar. Saya sendiri pertama kali mencoba berjualan online pada 2019, bermula dari produk kerajinan tangan seperti tas rajut dan tempat pensil berbahan ecoprint.
Saat itu, saya hanya menggunakan Instagram dan WhatsApp Business sebagai platform penjualan. Tanpa tim, tanpa modal besar. Hanya mengandalkan pengalaman pribadi dan semangat belajar dari banyak kesalahan kecil.
Yang saya pelajari dari pengalaman tersebut: memulai bisnis online memang bisa dilakukan siapa saja, bahkan tanpa latar belakang bisnis sekalipun. Tapi untuk bertahan dan berkembang, butuh pendekatan yang terstruktur dan strategi yang berorientasi pada kebutuhan pelanggan, bukan sekadar tren.
Langkah 1: Mulai dari Masalah yang Kamu Pahami
Banyak pemula bertanya, “Saya harus jual apa?” Jawaban paling realistis: jual solusi. Bukan hanya produk. Coba tanyakan pada diri sendiri, masalah apa yang kamu hadapi dalam kehidupan sehari-hari? Lalu, apakah ada orang lain yang mengalami hal serupa?
Dulu saya merasa frustrasi karena sulit menemukan tas rajut lokal yang berkualitas dan desainnya tidak ketinggalan zaman. Dari situ muncul ide untuk memproduksi sendiri, sambil terus memperbaiki berdasarkan umpan balik pelanggan pertama saya — yang mayoritas adalah teman sendiri.
Pendekatan ini disebut problem-based selling — dan sering kali justru lebih tepat sasaran dibanding sekadar meniru produk viral. Selain itu, kamu jadi lebih memahami produkmu, dan ini menjadi poin penting dalam membangun trust dengan calon pembeli.
Langkah 2: Uji Pasar Kecil Sebelum Produksi Massal
Banyak yang langsung terburu-buru produksi dalam jumlah banyak karena takut kehilangan momentum. Tapi dari pengalaman saya dan banyak pelaku UKM lainnya, justru strategi terbaik adalah memulai kecil tapi terukur.
Contohnya, saya hanya memproduksi 10 tas awal untuk batch pertama. Dari sana, saya bisa mengukur:
-
Respon pasar terhadap harga dan desain
-
Kecepatan produksi dan pengiriman
-
Proses pelayanan pelanggan
Setelah produk mendapat tanggapan positif dan permintaan meningkat secara organik, barulah saya menambah kapasitas produksi dan mulai menjajaki kerja sama dengan reseller.
Model uji pasar ini cocok sekali diterapkan oleh kamu yang ingin memulai bisnis sambil tetap bekerja atau kuliah, seperti di jurusan administrasi bisnis. Di sana kamu bisa langsung menguji teori ke dalam praktik nyata.
Langkah 3: Fokus Pada Satu Platform Dulu
Salah satu kesalahan umum pemula adalah ingin langsung eksis di semua platform: Instagram, TikTok, Tokopedia, Shopee, website, dan lainnya. Padahal, setiap platform memiliki karakteristik dan strategi konten yang berbeda.
Dalam kasus saya, saya memilih Instagram karena visual sangat penting untuk produk handmade. Saya belajar tentang lighting, caption storytelling, dan bagaimana membuat orang berhenti scrolling. Setelah traffic Instagram mulai stabil, baru saya perluas ke marketplace.
Jika kamu menjual produk makanan, mungkin TikTok lebih cocok. Jika produk digital, maka membangun blog dan SEO bisa lebih efektif. Fokuslah pada satu platform dulu hingga kamu benar-benar memahami ritme dan respons audiensmu di sana.
Langkah 4: Bangun Kredibilitas dari Hari Pertama
Saat baru memulai, tantangan terbesarnya adalah: kenapa orang harus percaya pada kamu?
Saya membangun kepercayaan dengan cara-cara sederhana tapi konsisten:
-
Membalas pesan pelanggan dengan cepat
-
Mengupload proses produksi di Instagram Story
-
Meminta testimoni dari pelanggan pertama dan menjadikannya konten
Ini menunjukkan bahwa kamu serius membangun bisnis jangka panjang, bukan hanya ikut-ikutan tren.
Kalau kamu berasal dari latar belakang seperti jurusan administrasi bisnis, kamu bisa tampilkan pemahaman tersebut dalam konten edukatif: misalnya menjelaskan cara menghitung modal, strategi penetapan harga, atau tips membuat laporan keuangan sederhana. Ini sekaligus menunjukkan expertise dan trustworthiness di mata calon pembeli dan juga mesin pencari Google.
Langkah 5: Tunjukkan Wajah dan Cerita di Balik Bisnismu
Google menyukai konten yang dibuat oleh manusia untuk manusia. Ini sesuai dengan prinsip “people-first content” dalam pedoman Helpful Content Guidelines. Karena itu, jangan ragu untuk menunjukkan siapa kamu.
Contohnya:
-
Ceritakan kenapa kamu memulai bisnis ini
-
Tampilkan foto kamu sedang mempacking produk
-
Buat video singkat tentang proses pengiriman atau cerita lucu dari pelanggan
Langkah ini bukan hanya membangun kedekatan emosional, tapi juga memperkuat unsur "Who" dalam pedoman Google — yaitu, siapa yang membuat konten ini? Semakin jelas identitas dan peranmu, semakin mudah sistem Google menilai kontenmu sebagai bermanfaat dan bukan dibuat otomatis demi ranking.
Langkah 6: Tampilkan Nilai Lebih Dibanding Kompetitor
Kalau kamu hanya menyajikan informasi yang sama seperti 10 website lain, maka Google tidak punya alasan kuat untuk menempatkan artikelmu di halaman pertama. Untuk menang, kamu harus berikan nilai tambah.
Beberapa bentuk nilai tambah yang bisa kamu tampilkan:
-
Infografik ringkas yang merangkum isi artikel
-
Checklist siap pakai (misalnya: "Checklist 7 Hari Sebelum Launching Produk")
-
Kutipan dari pengalaman pribadi atau mentor bisnis
-
Video pendek tutorial atau review produk
Khususnya untuk artikel seperti “cara memulai bisnis online”, persaingan sangat tinggi. Jadi diferensiasi bisa datang dari gaya bahasa, narasi, pengalaman unik, atau visualisasi data yang lebih informatif.
Langkah 7: Pantau, Ukur, dan Perbaiki Secara Berkala
Setelah artikel atau bisnis kamu online, bukan berarti tugas selesai. Ini justru awal dari fase evaluasi. Gunakan tools gratis seperti Google Search Console atau Google Analytics untuk melacak:
-
Kata kunci apa yang mengarahkan pembaca ke artikelmu?
-
Apakah mereka membaca sampai akhir?
-
Apakah ada bagian yang bounce rate-nya tinggi?
Dari data tersebut, kamu bisa tahu apakah artikelmu benar-benar menjawab maksud pencarian (search intent) pengguna, atau hanya sekadar muncul di hasil pencarian.
Kamu juga bisa mengajak pembaca memberikan umpan balik langsung dengan menambahkan CTA seperti:
“Apakah tips ini membantu kamu? Kalau ada pengalaman memulai bisnis online juga, tulis di komentar ya!”
Inilah pentingnya membuat konten yang tidak hanya ramah SEO, tapi juga berakar dari niat untuk membantu sesama. Pendekatan ini bukan hanya selaras dengan algoritma Google yang terus berevolusi, tapi juga membangun bisnis yang lebih tahan lama.
Jika kamu serius ingin belajar lebih dalam tentang dunia bisnis dan ingin menerapkan teori ke dalam praktik nyata, memilih jurusan administrasi bisnis bisa jadi langkah awal yang strategis dan aplikatif.
Comments
Post a Comment