Cara Saya Membangun Bisnis Online yang Menghasilkan dalam 8 Bulan
Ide awalnya datang dari hobi merangkai bunga kering. Saya menyukai estetika alami, dan sering kali membuat rangkaian untuk hadiah ulang tahun teman. Dari situ saya mulai berpikir: apakah ini bisa dijadikan bisnis? Saya mulai dengan membuat satu akun Instagram dan memotret koleksi saya dengan pencahayaan seadanya dari jendela kamar.
Saya tahu ini bukan kisah yang luar biasa. Tapi justru karena sangat biasa, saya ingin berbagi dengan kamu—karena kalau saya bisa, kamu pun bisa.
Validasi Ide Bisnis dan Mendapatkan 100 Pelanggan Pertama
Salah satu kesalahan umum yang dilakukan pemula (termasuk saya dulu) adalah langsung fokus pada branding dan kemasan tanpa tahu apakah produk mereka benar-benar dibutuhkan. Untungnya saya cepat menyadari hal ini. Sebelum mencetak banyak produk, saya memulai dengan menjual “pre-order” lewat story Instagram. Saya mengunggah satu desain buket bunga kering dan memberi opsi kustomisasi. Dalam 3 hari, saya mendapat 12 pesanan.
Saya kemudian memanfaatkan komunitas Facebook lokal, seperti “Jual Beli Tangerang Selatan” dan “Support UMKM Depok” untuk membagikan katalog sederhana. Dari sana, saya belajar dua hal penting:
-
Orang akan membeli sesuatu yang mereka anggap bernilai secara emosional,
-
Mereka cenderung membeli dari penjual yang transparan dan responsif.
Membangun Infrastruktur Digital: Website & Pembayaran
Saya memutuskan membangun website menggunakan Shopify setelah melihat banyak pesaing kehilangan pelanggan karena terlalu bergantung pada Instagram. Saya ingin membuat sistem yang bisa bekerja bahkan saat saya tidur.
Website itu saya bangun sendiri setelah belajar lewat YouTube dan kursus gratis. Di dalamnya saya juga mulai menggunakan metode checkout otomatis, email marketing sederhana, dan integrasi pembayaran lewat payment gateway. Salah satu kendala yang cukup teknis waktu itu adalah saat mulai menggunakan sistem pembayaran perusahaan melalui BCA.
Buat kamu yang sedang merintis bisnis dan butuh akses aman ke layanan BCA bisnis, penting untuk memastikan kamu memahami proses autentikasinya. Salah satu caranya adalah dengan menggunakan klikbca bisnis vpn secure connection agar akses ke dashboard BCA bisnis kamu tetap aman, terutama jika digunakan oleh tim keuangan dari lokasi berbeda. Jangan remehkan bagian ini karena sistem keamanan adalah pondasi dari kredibilitas bisnis.
Strategi Marketing: Konten, Bukan Diskon
Saya tidak punya budget untuk mengiklankan produk saya di awal, jadi saya mengandalkan konten. Tapi bukan sekadar memposting foto produk. Saya membuat konten edukatif dan inspiratif:
-
Tutorial membuat vas bunga sederhana
-
Video behind-the-scenes proses pengemasan
-
Cerita pelanggan yang membeli bunga sebagai hadiah penghiburan
-
Konten reels tentang makna setiap jenis bunga
Ini penting karena saya ingin orang datang ke akun saya bukan cuma untuk membeli, tapi untuk belajar dan merasa terinspirasi. Strategi ini membangun loyalitas. Mereka jadi lebih mudah percaya dan lebih mungkin untuk merekomendasikan saya ke teman mereka.
Setelah 3 bulan, saya mulai menggunakan iklan Instagram yang ditargetkan berdasarkan interest (misalnya “home decor” atau “kado ulang tahun”) dengan budget sangat kecil: Rp20.000/hari. CTR-nya cukup baik karena konten saya tidak terkesan seperti iklan, tapi cerita.
Menunjukkan Kredibilitas dan Otoritas
Saya sadar bahwa menjual produk handmade belum cukup. Orang ingin tahu siapa yang membuatnya, dan apakah saya bisa dipercaya. Maka saya mulai membangun profil yang lebih profesional:
-
Saya mencantumkan nama dan wajah saya di website, termasuk kisah singkat perjalanan bisnis saya.
-
Saya menampilkan testimoni pelanggan dalam bentuk video.
-
Saya membuat halaman “Tentang Kami” dengan cerita pribadi, bukan sekadar deskripsi perusahaan.
-
Saya aktif di komunitas UMKM Naik Kelas dan beberapa kali menjadi pembicara di sesi sharing Zoom mereka.
-
Saya juga pernah diwawancara oleh media lokal BisnisKita.id sebagai salah satu UMKM dengan pertumbuhan cepat di sektor gift & craft.
Semua ini saya lakukan bukan untuk pamer, tapi karena saya percaya bahwa kepercayaan dibangun lewat transparansi dan konsistensi.
Kesalahan yang Saya Pelajari dan Perbaiki
Awalnya saya terlalu sering mengganti harga karena ingin "menyesuaikan pasar". Ini membuat pelanggan bingung dan kehilangan kepercayaan. Saya juga pernah kehilangan 7 pesanan karena sistem notifikasi WhatsApp saya gagal, karena saya hanya mengandalkan satu ponsel pribadi.
Akhirnya saya mulai menggunakan tools otomatisasi, dan memisahkan akun pribadi dan bisnis. Saya juga menyusun SOP (Standard Operating Procedure) sederhana untuk membagi tugas saat ada lonjakan pesanan.
Dari sisi konten, saya dulu menulis blog asal-asalan, hanya untuk mengejar jumlah kata dan ranking SEO. Sekarang saya lebih fokus menulis artikel berdasarkan pengalaman langsung, seperti:
-
“5 Hal yang Harus Kamu Siapkan Sebelum Launching Produk Handmade”
-
“Studi Kasus: Bagaimana Saya Gagal Jualan di Shopee Tapi Laku Keras di Tokopedia”
Dengan gaya penulisan yang jujur dan personal, saya tidak hanya dapat trafik lebih banyak, tapi juga interaksi lebih tinggi dan waktu tinggal pengunjung yang meningkat signifikan.
Bagaimana Saya Mengukur Keberhasilan
Bagi saya, keberhasilan bukan semata soal omzet (walaupun tentu itu penting). Tapi saya merasa berhasil ketika:
-
Ada pelanggan yang repeat order 3–4 kali dalam setahun
-
Ada pelanggan yang mengirim email berterima kasih karena rangkaian bunga saya menyentuh hati ibunya
-
Ketika saya bisa berbagi ilmu ke UMKM lain yang baru mulai
Saya juga mulai memantau performa konten dengan Google Analytics dan melihat konten mana yang benar-benar menarik audiens. Dari situ, saya tahu konten edukatif lebih bertahan lama daripada konten promosi.
Jika kamu sedang membangun bisnis online, pesan saya satu: jangan kejar viral, kejar makna. Konten yang dibuat dengan pengalaman nyata, empati terhadap pelanggan, dan niat membantu sesama UMKM—itulah yang akan membedakan kamu di tengah keramaian digital.
Dan seperti saya alami sendiri, saat kamu berani jujur membagikan prosesmu (termasuk gagalnya), pelanggan akan datang bukan hanya karena produkmu, tapi karena mereka percaya pada kamu sebagai manusia di balik bisnis itu.
Comments
Post a Comment